Pengertian Geografi
Istilah geografi berasal dari bahasa Yunani geo yang artinya
bumi dan graphien yang artinya gambaran atau pencitraan. Secara harfiah
geografi berarti ilmu yang mencitrakan atau menggambarkan tentang bumi.
Perkataan ini pertama kali diperkenalkan oleh Eratosthenes dengan nama
geographica yang kemudian dikenal sebagai peletak dasar ilmu geografi.
Geografi mengalami perkembangan pesat menjelang akhir abad
ke-18. Pada era ini, tokoh yang muncul adalah geograf terkenal dari USA, yaitu
Ellsworth Huntington. Beliau merupakan salah satu tokoh aliran fisis
determinis. Perkembangan ilmu geografi semakin pesat dengan munculnya Paul
Vidal de la Blache. Beliau adalah tokoh geograf Perancis yang menganut paham
posibilis.
Setelah beberapa abad kemudian muncullah konsep Geografi
yang dikemukakan para ahli berikut ini;
- Immanuel Kant (1724–1821)
Selain sebagai seorang geograf, Kant juga seorang filsuf.
Kant tertarik pada Geografi karena menurutnya ilmu itu dekat dengan filsafat.
Semua gagasan Kant tentang hakikat Geografi dapat ditemukan dalam buku
Physische Geographie yang ditulisnya. Menurutnya, Geografi adalah ilmu yang
objek studinya adalah benda-benda, hal-hal atau gejala gejala yang tersebar
dalam wilayah di permukaan Bumi.
Pada mulanya Humboldt adalah seorang ahli botani. Ia
tertarik Geografi ketika ia mulai mempelajari tentang batuan. Ia diakui sebagai
peletak dasar Geografi fisik modern. Ia menyatakan Geografi identik atau serupa
dengan Geografi fisik. Ia menjelaskan bagaimana kaitan Bumi dengan Matahari dan
perilaku Bumi dalam ruang angkasa, gejala cuaca dan iklim di dunia, tipe-tipe
permukaan Bumi dan proses terjadinya, serta hal-hal yang berkaitan dengan
hidrosfer dan biosfer.
- Karl Ritter (1779–1859)
Seperti halnya Humboldt, Ritter juga dianggap sebagai
peletak dasar Geografi modern. Profesor Geografi Universitas Berlin ini
mengatakan bahwa Geografi merupakan suatu telaah tentang Bumi sebagai tempat
hidup manusia. Hal-hal yang menjadi objek studi Geografi adalah semua fenomena
di permukaan Bumi, baik organik maupun anorganik yang berkaitan dengan
kehidupan manusia.
Ratzel adalah guru besar Geografi di Leipzig. Ia
mengemukakan konsep Geografi dalam bukunya yang berjudul Politische Geographie.
Konsep itu diberi nama Lebensraum yang artinya wilayah Geografis sebagai sarana
bagi organisme untuk berkembang. Ia melihat suatu Negara cenderung meluaskan
Lebensraum-nya sesuai kekuatan yang ia miliki.
Huntington adalah geograf asal Amerika Serikat. Melalui
bukunya yang berjudul The Pulse of The Earth, ia memaparkan bahwa kelangsungan
hidup dan peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh iklim. Atas dasar teorinya
itu, Huntington kemudian terkenal sebagai determinis iklim (memandang iklim
sebagai penentu kehidupan). Ia mengatakan, Geografi sebagai studi tentang
fenomena permukaan Bumi beserta penduduk yang menghuninya. Ia menjelaskan
adanya hubungan timbal balik antara gejala dan sifat-sifat permukaan Bumi
dengan penduduknya.
- Paul Vidal de la Blache (1845–1918)
Vidal adalah geograf asal Prancis. Ia adalah pelopor
posibilisme dalam Geografi. Posibilisme (teori kemungkinan) muncul setelah
Vidal melakukan penelitian untuk membuktikan interaksi yang sangat erat antara
manusia dan lingkungan pada masyarakat agraris pramodern. Ia menegaskan bahwa
lingkungan menawarkan sejumlah kemungkinan (posibilities) kepada manusia untuk
hidup dan berkembang. Atas dasar itu, Vidal mengemukakan konsepnya yang disebut
genre de vie atau mode of live (cara hidup). Dalam konsep ini, Geografi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana proses produksi dilakukan
manusia terhadap kemungkinan yang ditawarkan oleh alam.
- Halford Mackinder (1861–1947)
Mackinder adalah pengajar di Universitas Oxford. Pendapatnya
tentang Geografi sangat terkenal lewat makalahnya yang berjudul The Scopeand
Methods of Geography yang berisi konsep man-land relation (hubungan manusia
dengan lahan) dalam Geografi. Ia menyatakan bahwa Geografi adalah ilmu yang
fungsi utamanya menyelidiki interaksi manusia dalam masyarakat dengan
lingkungan yang berbeda menurut lokasinya.
- Bintarto
Bintarto adalah guru besar Geografi di Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa Geografi pada dasarnya
adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat Bumi,
menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas
tentang kehidupan dari unsur-unsur Bumi.
Nama Daldjoeni dikenal karena buku-bukunya yang membahas
hal-hal yang berkaitan dengan Geografi. Menurutnya, Geografi merupakan ilmu
pengetahuan yang mengajarkan manusia mencakup tiga hal pokok, yaitu spasial
(ruang), ekologi, dan region (wilayah). Dalam hal spasial, Geografi mempelajari
persebaran gejala baik yang alami maupun manusiawi di muka Bumi. Kemudian dalam
hal ekologi, Geografi mempelajari bagaimana manusia harus mampu beradaptasi
dengan lingkungannya. Adapun dalam hal region, Geografi mempelajari wilayah
sebagai tempat tinggal manusia berdasarkan kesatuan fisiografisnya.
- Seminar Lokakarya Ikatan Geograf Indonesia (IGI) di Semarang 1988
Dari seminar peningkatan kualitas pengajaran Geografi ini
dihasilkan rumusan Geografi sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan
dalam konteks keruangan.
Geografi adalah studi tentang pola-pola dan proses-proses
bentang manusia (built) dan bentang lingkungan (natural), dimana
bentang-bentang tersebut tersusun atas komponen ruang nyata (objektif) dan
ruang subjektif
Ruang Lingkup Geografi
Ilmu merupakan pengetahuan yang telah tersusun secara sistematik dan terlihat dari sisi objek studi yang jelas memiliki ruang lingkup tertentu, mengembangkan metode tertentu, memiliki asas dan konsep serta mengembangkan teori-teori terkait di dalamnya.
a. Objek Geografi
Setiap disiplin ilmu memiliki objek yang menjadi bidang kajiannya. Objek bidang ilmu geografi terdiri atas objek material dan objek formal. Objek material geografi berkaitan dengan substans materi yang dikaji. Sementara itu, objek formal geografi berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis objek material tersebut.
1) Objek material
Objek material geografi adalah sasaran atau "hal" yang dikaji dalam studi geografi yaitu lapisan bumi dan lebih luasnya adalah fenomena geosfer yang meliputi.
2) Objek formal
Selain kita membahas tentang bahan kajian geografi objek material, tentu kita memerlukan cara untuk mempelajari atau memecahkan masalahnya. Metode atau pendekatan yang digunakan untuk mengkaji suatu masalah dalam geografi disebut objek formal. Objek formal inilah yang membedakan geografi dengan bidang ilmu lainnya.
Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu metode, cara pandang, atau analisis untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer, khususnya interaksi antara manusia terhadap lingkungannya. Setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam kajian ilmu geografi yaitu: pendekatan spasial, pendekatan ekologis, dan pendekatan kompleks wilayah.
b. Konsep Geografi
Dalam mengkaji peristiwa, geografi selalu menggunakan konsep. Menurut Nursid Sumaatmadja, konsep geografi dalah pola abstrak yang berkaitan dengan gejala-gejala nyata tentang geografi. Sementara itu, Ikatan Geografi Indonesia (IGI) merumuskan sepuluh konsep geografi yaitu sebagai berikut.
1) Lokasi
Lokasi atau letak adalah posisi spasial suatu obyek di permukaan bumi. Secara umum, lokasi terbagi menjadi dua, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Kedua jenis lokasi ini memiliki obyek referensi yang berbeda dan memiliki kegunaan analisa yang berbeda pula.
Lokasi absolut adalah letak suatu daerah dilihat dari lintang dan bujur lokasi tersebut. Lokasi absolut bersifat statis dan tidak dapat diubah, karena obyek referensinya, yaitu lintang dan bujur, juga tidak berubah. Perbedaan lokasi berdasargan lintang dan bujur menciptakan perbedaan iklim (garis lintang) dan perbedaan waktu (garis bujur).
Contoh: lokasi absolut adalah letak astronomis Indonesia yang terletak antara 6 derajat lintang utara sampai 11 derajat lintang selatan serta 95 derajat bujur timur sampai 141 bujur timur (6°LU-11°LS, dan 95°BT-141°BT).
Berbeda dengan lokasi absolut, lokasi relatif dapat berubah-ubah karena obyek referensinya adalah obyek lain yang ada di dekat obyek yang akan diteliti. Konsep lokasi relatif sangat penting karena dalam geografi, kita mengenal hukum Tobler yang menyatakan bahwa suatu obyek pasti memiliki pengaruh pada obyek disekitarnya.
Contoh: lokasi relatif adalah ketika kita menjelaskan lokasi rumah teman kita. Kita umumnya menggunakan istilah, lurus terus, lalu belok kanan di per-empatan, nanti ada gapura masuk ke situ aja, rumahnya di sebelah masjid.
2) Jarak
Konsep jarak adalah konsep yang menjelaskan ruang yang harus ditempuh atau usaha yang harus diberikan untuk mencapai suatu lokasi tertentu. Sama seperti lokasi, secara umum terdapat dua jenis jarak yaitu jarak absolut dan jarak relatif.
Jarak absolut adalah jarak antar lokasi yang dinotasikan dalam satuan panjang, seperti meter, kilometer, atau mil. Konsep jarak absolut bersifat tetap dan tidak dapat diubah-ubah, sama seperti lokasi absolut.
Contoh: dari penerapan jarak absolut adalah ketika kita ingin menyatakan jarak antar kota, misalnya jarak antara Jakarta dan Bandung itu sekitar 300 km lho, atau nanti kita menginap di rumah Tono saja, jaraknya dekat dengan sekolah, cuma 1 km.
Berbeda dengan jarak absolut, jarak relatif tidak diukur berdasarkan satuan panjang, tapi diukur berdasarkan satuan waktu. Jarak relatif menjelaskan waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Contoh: dari penerapan jarak relatif adalah Jakarta ke Surabaya membutuhkan waktu 15 jam jika menggunakan kereta, namun hanya 3 jam jika menggunakan pesawat atau Jangan di rumah Tono ah nginepnya, itu di depan rumahnya macet, ke sekolah saja bisa 20 menit sendiri.
3) Keterjangkauan
Konsep keterjangkauan meliputi seberapa mudah suatu lokasi dapat diakses dari lokasi lainnya. Dalam kata lain, keterjangkauan adalah hasil sintesa dari konsep lokasi dan konsep jarak ketika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam memperhatikan keterjangkauan, aspek yang umumnya diteliti adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang transportasi pada tempat tersebut. Selain itu, keterjangkauan juga meninjau aspek fisik seperti topografi dan bentang alam yang ada pada wilayah tersebut.
Contoh: penerapan konsep keterjangkauan adalah Labuan Bajo yang tadinya sulit untuk diakses padahal merupakan destinasi wisata global. Sekarang, Labuan Bajo sudah punya bandara sendiri yaitu bandara Komodo (LBJ), serta jalan-jalan konektor maupun dalam kota yang diaspal dengan baik. Selain itu, kota-kota di pulau Flores juga sekarang dibangun pelabuhan untuk menunjang aksesibilitas lewat laut yang lebih tinggi.
4) Pola
Konsep pola mencoba mengartikan struktur, bentuk, serta persebaran aktivitas baik alami maupun sosial yang terjadi di permukaan bumi. Pola juga dapat diartikan sebagai tatanan geometris yang beraturan dari suatu obyek atau aktivitas yang ada.
Dalam menganalisa pola, umumnya tiap obyek memiliki pola pembangunan yang berbeda-beda. Kita dapat menganalisa pola pembangunan tersebut untuk mendapatkan gambaran mengenai aktivitas yang terjadi dan kondisi geografis sekitarnya.
Contoh: penerapan konsep pola adalah pada pembangunan permukiman yang mengikuti jalan, pemukiman disekitar garis pantai atau pemukiman mengelompok di sekitar pegunungan.
5) Morfologi
Konsep geomorfologi membahas mengenai bentuk permukaan bumi yang ada pada suatu lokasi. Bentuk permukaan bumi seperti pegunungan, gunung berapi, lembah, danau, sungai, dataran tinggi, dan dataran rendah merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas manusia secara spasial. Oleh karena itu, harus kita teliti dengan seksama.
Konsep geomorfologi umumnya digukanan dalam melakukan analisa wilayah secara umum seperti Kota Bandung terletak di dataran tinggi atau Kota Palembang terletak di dataran rendah pinggir pantai.
Namun, konsep geomorfologi juga dapat digunakan secara lebih rinci pada suatu kawasan yang kecil. Contohnya adalah kawasan Bukit Duri di Jakarta rawan banjir karena dekat dengan sungai atau kawasan delta sungai nil sangat subur karena berada di daerah floodplain yang terdiri dari tanah alluvial.
6) Aglomerasi
Konsep aglomerasi membahas mengenai pemusatan aktivitas pada wilayah tertentu yang memiliki keunggulan baik spasial maupun aspasial. Namun, terdapat pula penyebaran aktivitas dari suatu lokasi, umumnya hal ini dilakukan untuk menghindari kompetisi ataupun untuk menjaga dominasi pasar.
Konsep aglomerasi pada dasarnya membahas keduanya serta menganalisa, mengapa fenomena tersebut terjadi pada suatu lokasi dan tidak terjadi (atau justru terjadi juga) pada lokasi lain.
Contoh analisa dengan menggunakan konsep aglomerasi adalah pemusatan aktivitas ekonomi pada kawasan ekonomi khusus dan kawasan industry yang dibangun oleh pemerintah maupun swasta.
7) Interaksi dan interdependensi
Konsep interaksi dan interdependensi menyoroti bagaimana suatu wilayah atau aktivitas berinteraksi dan saling bergantung dengan wilayah/aktivitas lainnya. Seperti yang sudah kita pelajari pada hukum Tobler, setiap obyek memiliki pengaruh pada obyek lain yang ada di sekitarnya dan dipengaruhi pula oleh obyek disekitarnya.
Contoh interaksi dan interdependensi adalah pedesaan dengan area perkotaan. Pedesaan menghasilkan bahan makanan yang akan didistribusikan ke perkotaan, sedangkan perkotaan menghasilkan barang manufaktur yang dijual ke desa-desa.
8) Nilai kegunaan
Dalam menganalisa aktivitas atau obyek secara geografis, kita harus mengetahui nilai guna atau potensi dari suatu lokasi. Dengan mengetahui nilai guna terbaik dari suatu wilayah, kita dapat melakukan proses perencanaan yang lebih baik dan terstruktur untuk merancang daerah tersebut.
Namun, tentu saja nilai guna suatu lokasi dapat berubah ubah, tergantung kemampuan serta kemauan orang untuk memanfaatkan lokasi tersebut. Selain itu, nilai guna juga sangat bergantung pada ketersediaan teknologi dan ketersediaan modal untuk melakukan pengembangan di wilayah tersebut.
Contoh pengaplikasian nilai kegunaan adalah daerah pantai yang lebih cocok sebagai tempat rekreasi dan perdagangan dibandingkan dengan tempat bertani. Atau, daerah dataran tinggi yang lebih cocok digunakan sebagai tempat berkebun dan berladang dibandingkan dengan budidaya ikan tangkap.
9) Diferensiasi area
Konsep diferensiasi area bertujuan untuk menunjukkan dan menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fenomena baik fisik maupun sosial antar wilayah. Diferensiasi areal membandingkan wilayah tersebut untuk menemukan apa yang sebenarnya menjadi pembeda.
Contoh diferensiasi areal adalah pada aspek mata pencaharian. Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir umumnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau kru kapal, sedangkan masyarakat dataran tinggi umumnya berprofesi sebagai petani.
10) Keterkaiatan keruangan
Konsep keterkaitan ruang mencoba menjelaskan bahwa sesuatu yang terjadi di wilayah tertentu bisa saja disebabkan oleh aktivitas di wilayah lain. Mirip dengan interaksi dan interdependensi, namun keterkaitan ruang umumnya bersifat sebab-akibat, bukan saling pengaruh.
Konsep ini merupakan perwujudan dari eksternalitas yang pasti ditimbulkan oleh suatu aktivitas. Tidak mungkin ada aktivitas yang sama sekali tidak memiliki eksternalitas, oleh karena itu, keterkaitan keruangan ini sangat perlu diteliti dalam menjelaskan aktivitas secara spasial.
Contoh konsep keterkaitan keruangan adalah ketika kita menjelaskan mengenai banjir yang terjadi di Jakarta. Kita tidak bisa serta menyalahkan pemerintah provinsi DKI Jakarta yang tidak becus dalam mengelola tata air provinsi. Kita juga harus melihat, apakah Kota Bogor dan daerah hulu sungai lainnya sudah benar dalam mengelola bantaran sungainya? Bisa jadi, banjir di Jakarta disebabkan oleh deforestasi akut di daerah Bogor dan sekitarnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai 10 konsep geografi dapat dilihat pada video berikut 10 Konsep Esensial Geografi
silahkan melakukan absensi dengan klik DISINI untuk kelas XII dan DISINI untuk kelas X
Ruang Lingkup Geografi
Ilmu merupakan pengetahuan yang telah tersusun secara sistematik dan terlihat dari sisi objek studi yang jelas memiliki ruang lingkup tertentu, mengembangkan metode tertentu, memiliki asas dan konsep serta mengembangkan teori-teori terkait di dalamnya.
a. Objek Geografi
Setiap disiplin ilmu memiliki objek yang menjadi bidang kajiannya. Objek bidang ilmu geografi terdiri atas objek material dan objek formal. Objek material geografi berkaitan dengan substans materi yang dikaji. Sementara itu, objek formal geografi berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis objek material tersebut.
1) Objek material
Objek material geografi adalah sasaran atau "hal" yang dikaji dalam studi geografi yaitu lapisan bumi dan lebih luasnya adalah fenomena geosfer yang meliputi.
- Atmosfer, yaitu lapisan udara yang terdiri atas berbagai fenomena cuaca dan iklim yang dikaji lebih khusus dalam Klimatologi dan Meteorologi.
- Litosfer, yaitu lapisan batuan penyusun kerak bumi yang dikaji dalam bidang Geologi, Geomorfologi, Petrografi dan lainnya.
- Hidrosfer, yaitu lapisan air meliputi perairan di darat maupun di laut dan dikaji khusus dalam Hidrologi, Oseanografi dan lainnya.
- Biosfer, yaitu lapisan kehidupan berupa ekosistem, flora fauna dan interaksi di dalamnya yang dikaji khusus dalam Biogerografi, Ekologi dan lainnnya.
- Antroposfer, yaitu lapisan manusia yang merupakan "tema sentral" dari tema lapisan geosfer lainnya. Manusia sebagai mahluk dominan dalam ruang bumi tentunya sangat berperan dalam perubahan struktur ruang itu sendiri.
2) Objek formal
Selain kita membahas tentang bahan kajian geografi objek material, tentu kita memerlukan cara untuk mempelajari atau memecahkan masalahnya. Metode atau pendekatan yang digunakan untuk mengkaji suatu masalah dalam geografi disebut objek formal. Objek formal inilah yang membedakan geografi dengan bidang ilmu lainnya.
Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu metode, cara pandang, atau analisis untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer, khususnya interaksi antara manusia terhadap lingkungannya. Setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam kajian ilmu geografi yaitu: pendekatan spasial, pendekatan ekologis, dan pendekatan kompleks wilayah.
b. Konsep Geografi
Dalam mengkaji peristiwa, geografi selalu menggunakan konsep. Menurut Nursid Sumaatmadja, konsep geografi dalah pola abstrak yang berkaitan dengan gejala-gejala nyata tentang geografi. Sementara itu, Ikatan Geografi Indonesia (IGI) merumuskan sepuluh konsep geografi yaitu sebagai berikut.
1) Lokasi
Lokasi atau letak adalah posisi spasial suatu obyek di permukaan bumi. Secara umum, lokasi terbagi menjadi dua, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Kedua jenis lokasi ini memiliki obyek referensi yang berbeda dan memiliki kegunaan analisa yang berbeda pula.
- Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah letak suatu daerah dilihat dari lintang dan bujur lokasi tersebut. Lokasi absolut bersifat statis dan tidak dapat diubah, karena obyek referensinya, yaitu lintang dan bujur, juga tidak berubah. Perbedaan lokasi berdasargan lintang dan bujur menciptakan perbedaan iklim (garis lintang) dan perbedaan waktu (garis bujur).
Contoh: lokasi absolut adalah letak astronomis Indonesia yang terletak antara 6 derajat lintang utara sampai 11 derajat lintang selatan serta 95 derajat bujur timur sampai 141 bujur timur (6°LU-11°LS, dan 95°BT-141°BT).
- Lokasi Relatif
Berbeda dengan lokasi absolut, lokasi relatif dapat berubah-ubah karena obyek referensinya adalah obyek lain yang ada di dekat obyek yang akan diteliti. Konsep lokasi relatif sangat penting karena dalam geografi, kita mengenal hukum Tobler yang menyatakan bahwa suatu obyek pasti memiliki pengaruh pada obyek disekitarnya.
Contoh: lokasi relatif adalah ketika kita menjelaskan lokasi rumah teman kita. Kita umumnya menggunakan istilah, lurus terus, lalu belok kanan di per-empatan, nanti ada gapura masuk ke situ aja, rumahnya di sebelah masjid.
2) Jarak
Konsep jarak adalah konsep yang menjelaskan ruang yang harus ditempuh atau usaha yang harus diberikan untuk mencapai suatu lokasi tertentu. Sama seperti lokasi, secara umum terdapat dua jenis jarak yaitu jarak absolut dan jarak relatif.
- Jarak Absolut
Jarak absolut adalah jarak antar lokasi yang dinotasikan dalam satuan panjang, seperti meter, kilometer, atau mil. Konsep jarak absolut bersifat tetap dan tidak dapat diubah-ubah, sama seperti lokasi absolut.
Contoh: dari penerapan jarak absolut adalah ketika kita ingin menyatakan jarak antar kota, misalnya jarak antara Jakarta dan Bandung itu sekitar 300 km lho, atau nanti kita menginap di rumah Tono saja, jaraknya dekat dengan sekolah, cuma 1 km.
- Jarak Relatif
Berbeda dengan jarak absolut, jarak relatif tidak diukur berdasarkan satuan panjang, tapi diukur berdasarkan satuan waktu. Jarak relatif menjelaskan waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Contoh: dari penerapan jarak relatif adalah Jakarta ke Surabaya membutuhkan waktu 15 jam jika menggunakan kereta, namun hanya 3 jam jika menggunakan pesawat atau Jangan di rumah Tono ah nginepnya, itu di depan rumahnya macet, ke sekolah saja bisa 20 menit sendiri.
3) Keterjangkauan
Konsep keterjangkauan meliputi seberapa mudah suatu lokasi dapat diakses dari lokasi lainnya. Dalam kata lain, keterjangkauan adalah hasil sintesa dari konsep lokasi dan konsep jarak ketika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam memperhatikan keterjangkauan, aspek yang umumnya diteliti adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang transportasi pada tempat tersebut. Selain itu, keterjangkauan juga meninjau aspek fisik seperti topografi dan bentang alam yang ada pada wilayah tersebut.
Contoh: penerapan konsep keterjangkauan adalah Labuan Bajo yang tadinya sulit untuk diakses padahal merupakan destinasi wisata global. Sekarang, Labuan Bajo sudah punya bandara sendiri yaitu bandara Komodo (LBJ), serta jalan-jalan konektor maupun dalam kota yang diaspal dengan baik. Selain itu, kota-kota di pulau Flores juga sekarang dibangun pelabuhan untuk menunjang aksesibilitas lewat laut yang lebih tinggi.
4) Pola
Konsep pola mencoba mengartikan struktur, bentuk, serta persebaran aktivitas baik alami maupun sosial yang terjadi di permukaan bumi. Pola juga dapat diartikan sebagai tatanan geometris yang beraturan dari suatu obyek atau aktivitas yang ada.
Dalam menganalisa pola, umumnya tiap obyek memiliki pola pembangunan yang berbeda-beda. Kita dapat menganalisa pola pembangunan tersebut untuk mendapatkan gambaran mengenai aktivitas yang terjadi dan kondisi geografis sekitarnya.
Contoh: penerapan konsep pola adalah pada pembangunan permukiman yang mengikuti jalan, pemukiman disekitar garis pantai atau pemukiman mengelompok di sekitar pegunungan.
5) Morfologi
Konsep geomorfologi membahas mengenai bentuk permukaan bumi yang ada pada suatu lokasi. Bentuk permukaan bumi seperti pegunungan, gunung berapi, lembah, danau, sungai, dataran tinggi, dan dataran rendah merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas manusia secara spasial. Oleh karena itu, harus kita teliti dengan seksama.
Konsep geomorfologi umumnya digukanan dalam melakukan analisa wilayah secara umum seperti Kota Bandung terletak di dataran tinggi atau Kota Palembang terletak di dataran rendah pinggir pantai.
Namun, konsep geomorfologi juga dapat digunakan secara lebih rinci pada suatu kawasan yang kecil. Contohnya adalah kawasan Bukit Duri di Jakarta rawan banjir karena dekat dengan sungai atau kawasan delta sungai nil sangat subur karena berada di daerah floodplain yang terdiri dari tanah alluvial.
6) Aglomerasi
Konsep aglomerasi membahas mengenai pemusatan aktivitas pada wilayah tertentu yang memiliki keunggulan baik spasial maupun aspasial. Namun, terdapat pula penyebaran aktivitas dari suatu lokasi, umumnya hal ini dilakukan untuk menghindari kompetisi ataupun untuk menjaga dominasi pasar.
Konsep aglomerasi pada dasarnya membahas keduanya serta menganalisa, mengapa fenomena tersebut terjadi pada suatu lokasi dan tidak terjadi (atau justru terjadi juga) pada lokasi lain.
Contoh analisa dengan menggunakan konsep aglomerasi adalah pemusatan aktivitas ekonomi pada kawasan ekonomi khusus dan kawasan industry yang dibangun oleh pemerintah maupun swasta.
7) Interaksi dan interdependensi
Konsep interaksi dan interdependensi menyoroti bagaimana suatu wilayah atau aktivitas berinteraksi dan saling bergantung dengan wilayah/aktivitas lainnya. Seperti yang sudah kita pelajari pada hukum Tobler, setiap obyek memiliki pengaruh pada obyek lain yang ada di sekitarnya dan dipengaruhi pula oleh obyek disekitarnya.
Contoh interaksi dan interdependensi adalah pedesaan dengan area perkotaan. Pedesaan menghasilkan bahan makanan yang akan didistribusikan ke perkotaan, sedangkan perkotaan menghasilkan barang manufaktur yang dijual ke desa-desa.
8) Nilai kegunaan
Dalam menganalisa aktivitas atau obyek secara geografis, kita harus mengetahui nilai guna atau potensi dari suatu lokasi. Dengan mengetahui nilai guna terbaik dari suatu wilayah, kita dapat melakukan proses perencanaan yang lebih baik dan terstruktur untuk merancang daerah tersebut.
Namun, tentu saja nilai guna suatu lokasi dapat berubah ubah, tergantung kemampuan serta kemauan orang untuk memanfaatkan lokasi tersebut. Selain itu, nilai guna juga sangat bergantung pada ketersediaan teknologi dan ketersediaan modal untuk melakukan pengembangan di wilayah tersebut.
Contoh pengaplikasian nilai kegunaan adalah daerah pantai yang lebih cocok sebagai tempat rekreasi dan perdagangan dibandingkan dengan tempat bertani. Atau, daerah dataran tinggi yang lebih cocok digunakan sebagai tempat berkebun dan berladang dibandingkan dengan budidaya ikan tangkap.
9) Diferensiasi area
Konsep diferensiasi area bertujuan untuk menunjukkan dan menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fenomena baik fisik maupun sosial antar wilayah. Diferensiasi areal membandingkan wilayah tersebut untuk menemukan apa yang sebenarnya menjadi pembeda.
Contoh diferensiasi areal adalah pada aspek mata pencaharian. Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir umumnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau kru kapal, sedangkan masyarakat dataran tinggi umumnya berprofesi sebagai petani.
10) Keterkaiatan keruangan
Konsep keterkaitan ruang mencoba menjelaskan bahwa sesuatu yang terjadi di wilayah tertentu bisa saja disebabkan oleh aktivitas di wilayah lain. Mirip dengan interaksi dan interdependensi, namun keterkaitan ruang umumnya bersifat sebab-akibat, bukan saling pengaruh.
Konsep ini merupakan perwujudan dari eksternalitas yang pasti ditimbulkan oleh suatu aktivitas. Tidak mungkin ada aktivitas yang sama sekali tidak memiliki eksternalitas, oleh karena itu, keterkaitan keruangan ini sangat perlu diteliti dalam menjelaskan aktivitas secara spasial.
Contoh konsep keterkaitan keruangan adalah ketika kita menjelaskan mengenai banjir yang terjadi di Jakarta. Kita tidak bisa serta menyalahkan pemerintah provinsi DKI Jakarta yang tidak becus dalam mengelola tata air provinsi. Kita juga harus melihat, apakah Kota Bogor dan daerah hulu sungai lainnya sudah benar dalam mengelola bantaran sungainya? Bisa jadi, banjir di Jakarta disebabkan oleh deforestasi akut di daerah Bogor dan sekitarnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai 10 konsep geografi dapat dilihat pada video berikut 10 Konsep Esensial Geografi
silahkan melakukan absensi dengan klik DISINI untuk kelas XII dan DISINI untuk kelas X