Awalnya ajaran Islam dibawa oleh para pedagang Gujarat, kemudian
diikuti oleh orang-orang Arab dan Persia. Pada umumnya para pedagang ini ialah
pemeluk agama Islam. Sambil berdagang merekapun sembari menyebarkan agama Islam
di setiap tempat yang mereka singgahi.
Terdapat banyak
pendapat berbeda mengenai awal masuknya Islam ke Nusantara. Dalam seminar
masuknya Islam ke Indonesia yang diadakan di Medan pada tahun 1963 menegaskan
bahwa “Islam untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah
(abad ke-7/8 Masehi), dan itu langsung dari arab”. Ini merupakan teori Makkah,
yaitu salah satu dari 3 teori masuknya Islam ke Nusantara. Jika pendapat ini
benar dan dapat diterima,maka bangsa Indonesia telah mengenal Islam sejak abad
ke-14 yang lalu. Interaksi antara penduduk Nusantara dengan kaum muslim yang
berasal dari Timur India juga menjadi faktor dalam penyebaran Islam di
Nusantara.
Menurut Abdul
Rahman Haji Abdullah bahwa pada abad ke-7 M, telah terjadi kontak bisnis kapur barus
antara penduduk Nusantara dengan saudagar Arab.
Terdapat pendapat lain mengenai
awal masuknya Islam ke Nusantara, yaitu awal masuknya Islam ke Nusantara yaitu
diperkirakan berlangsung mulai abadke-11 hingga abad ke-17 M. Pendapat ini diperkuat
dengan ditemukannya bukti-bukti sejarah seperti:
- Sejarah Dinasti Yuan (1280-1376) yang melaporkan pertemuan duta Cina dengan dua orang menteri dari Kerajaan Samudra Pasai. Pertemuan itu terjadi di Quilon.
- Laporan Marco Polo (Perantau dari Venesia, Italia) pada tahun 1292 M. Ia bertahan selama 5 bulan di Samudra Pasai yag penduduknya sudah beragama Islam.
- Ying Yai Sheng Lan atau laporan umum tentang pantai-pantai lautan, merupakan laporan yang ditulis oleh seorang Cina Muslim bernama Ma Huan dan diterbitkan pada tahun 1416.
Terdapat juga pendapat lain, yaitu
pengaruhIslam masuk ke Nusantara terjadi pada abad ke-13 Masehi. Pendapat itu
tidak terlepas dari bukti yang telah ditemukan,seperti:
- Batu nisan Sultan Malik as-Saleh beberangka tahun 1297 Masehi. Ia adalah Raja pertama kerajaan Samudra Pasai yang beragama Islam.
- Catatan perjalanan Marco Polo yang pernah singgah di Kerajaan Perlak (1292). Ia menceritakan bahwa penduduk kota Perlak telah menganut Islam. Sedangkan, di luar kota masih menganut animisme dan dinamisme.
- Catatan Ibnu Battuta (1345-1346) yang menyatakan bahwa Kerajaan Samudra Pasai menganut paham Syafi’i. Hal ini membuktikan Islam sudah berkembang di kerajaan tersebut.
- Catatan Ma-Huan, musafir Cina, ia memberitakan bahwa sebagian besar penduduk pantai utara Jawa Timur telah memeluk agama Islam pada abad ke-15 Masehi.
- Suma Oriental dari Tome Pires, musafir Portugis, ia memberitakan bahwa penyebaran agama Islam di Indonesia yang meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga Kepulauan Maluku terjadi pada tahun 1512 sampai tahun 1515 Masehi.
Dari uraian di
atas, kita dapat menyimpulkan bahwa terdapat 3 pendapat mengenai awal masuknya
Islam ke Nusantara. Pertama, Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7. Kedua,
Islam masuk ke Nusantara abad ke-11. Ketiga, Islam masuk ke Nusantara pada abad
ke-13.
Sementara itu
pada abad ke-17 dan 18, wilayah timur Indonesia masih menganut animisme. Islamisasi
di wilayah tersebut masih sangat minim hanya disekitaran pelabuhan saja. Peran
para pedagang dan ulama lah Islamisasi di timur Indonesia dapat tersebar.
Pendapat
mengenai awal masuknya Islam ke Nusantara yang banyak dapat diterima oleh
berbagai sumber yaitu masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke-13. Walaupun
yang kita ketahui bahwa kemungkinan para pedagang-pedagang Arab sudah lama
masuk ke Indonesia, namun pekembangan Islamisasi yang nyata nampaknya terdapat
pada abad ke-13. Hal itu tidak terlepas dari kutipan yang memperkuat pendapat
ini.
Pada abad ke-13
M, agama lainnya mulai memasuki Nusantara melalui jalur perdagangan. 600 tahun
sebelumnya, Islam telah merebut Arabia, Mesir, dan Persia. Pedagang-pedagang di
wilayah itu pun memeluk agama Islam dan membawanya ke pelabuhan-pelabuhan di
India, khususnya Cambay, di Gujarat. Di sana Islam sudah tersebar sejak abad
ke-9, da berkuasa pada abad ke-13. Dari Gujarat, saudagar-saudagar yang
beragama Islam menyebarkan agama Islam di Nusantara pula. Penyebaran agama
Islam di Nusantara dimulai dari kota-kota pelabuhan dan mengikuti jalur-jalur
perdagangan. Terdapat pedagang muslim yang menetap di suatu wilayah di
Nusantara dan menikah dengan putri-putri bangasawan setempat. Dan dengan begitu
Islam telah tersebar secara damai di Nusantara, melalui hubungan perdagangan
dan kekeluargaan.
Pembahasan
tentang teori kedatangan islam di Nusantara, memiliki beberapa pendapat di
kalangan beberapa ahli. Pendapat tersebut berkisar pada tiga masalah pokok,
yakni asal-muasal islam berkembang di wilayah Nusantara, pembawa dan pendakwah
islam dan kapan sebenarnya islam mulai muncul di Nusantara. Ada sejumlah teori
yang membicarakan mengenai asala-muasal Islam yang berkembang di Nusantara.
- Teori Gujarat
Teori ini juga
diperkuat dengan penemuan. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J.
Pijnapel. Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh
para pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka.
Teori ini menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13,
melalui kontak para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat
Malaka pada saat itu. Teori ini dikemukaka oleh sejumlah sarjana Belanda,
antara lain Pijnappel, Snouck Hurgronje dan Moquette. Teori Gujarat ini
mendasarkan pendapatnya melalui teori mazhab dan teori nisan. Menurut teri ini,
ditemukan adanya persamaan Mazhab yang dianut oleh umat Islam Nusantara dengan
umat Islam di Gujarat. Mazhab yang dianut oleh kedua komunitas Muslim ini
adalah mazhab Syafi’i. Pada saat yang bersamaan teori mazhab ini dikuatkan
oleh teori nisan, yakni ditemukannya makam Sultan Samudera Pasai,
Malik As-Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat, model dan bentuk nisan
pada makam-makam baik di Pasai, Semenanjung Malaya dan di Gresik, yang bentuk
dan modelnya sama dengan yang ada di Gujarat. Karena bukti-bukti itu, mereka
memastikan Islam yang berkembang di Nusantara pastilah berasal dari sana.
- Teori Bengal
Teori ini mengatakan bahwa Islam
Nusantara berasal dari daerah Bengal. Teori ini dikemukakan oleh S.Q.Fatimi. Teori
Bengalnya Fatimi ini juga didasarkan pada teori nisan. Menurut Fatimi model dan
bentuk nisan Malik Al-Shalih, raja
Pasai, berbeda sepenuhnya dengan batu nisan yang terdapat di Gujarat. Bentuk
dan model dari nisan itu justru mirip dengan batu nisan yang ada di Bengal.
Oleh karena itu, menurutnya pastilah Islam juga berasal dari sana. Namun
demikian teori nisan Fatimi ini kemudian menjadi lemah dengan diajukannya teori
mazhab. Mengikuti teori Mazhab, ternyata terdapat perbedaan mazhab yang dianut
oleh umat Islam Bengal yang bermazhab Hanafi, sementara Islam Nusantara
menganut Mazhab Syafi’i. Dengan demikian teori Bengal ini menjadi tidak kuat.
- Teori Coromandel dan Malabar
Teori ini dikemukakan oleh
Marrison dengan mendasarkan pada pendapat yang di pegangi oleh Thomas W.Arnold.
Teori Coromandel dan Malabar yang mengatakan bahwa Islam yang berkembang di
Nusantara berasal dari Coromandel dan Malabar adalah juga dengan menggunakan
penyimpulan diatas teori mazhab. Ada persamaan Mazhab yang dianut umat Islam
Nusantara dengan umat Islam Coromandel dan Malabar yaitu Mazhab Syafi’i. Dalam
pada itu menurut Marrison, ketika terjadi islamisasi Pasai tahun 1292, Gujarat
masih merupakan kerajaan Hindu. Untuk itu tidak mungkin kalau asal-muasal
penyebaran Islam berasal dari Gujarat.
- Teori Arabia
Masih menurut
Thomas W. Arnold, Coromandel dan Malabar bukan satu-satunya tempat asal Islam
ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat - Timur sejak awal-awal abad
Hijriah atau abad ke-7 atau 8 Masehi. Dalam sebuah seminar di Medan tahun 1963
“Masuknya Agama Islam ke Indonesia”, Prof Dr. Buya Hamka dapat lebih
menggunakan fakta yang diangkat dari berita Cina Dinasti Tang. Bukti kuat yang
disertai adanya peninggalan jejak Muawiyah, adapun waktu masuknya Islam ke
Nusantara terjadi pada abad ke-7 M. Dalam beritanya dituturkan ditemuinya
hunian wirausahwan arab Islam di pantai barat Sumatra, sehingga disimpulkan
Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab yang dibawa oleh para pengusaha
Arab. Sementara kerajaan samudra pasai yang disangkakan Snouck baru didirikan
pada abad 1275M atau abad ke-13M. Yang bukan awal masuknya Islam melainkan awal
perkembangan mazhab Sya’fii di Indonesia. Dasar dari teori ini adalah :
- Adanya dokumen dari China yang ditulis oleh Chu Fan Chi yang dikutip dari seorang ahli geografi, yaitu Chou Ku Fei. Dalam dokumen ini disebutkan adanya perkampungan muslim di sekitar pantai Barus, Smuatera Barat yang dikenal sebagai Bandar Khalifah. Dalam bahasa China, wilayah ini dikenal dengan nama Tha-Shih (sebutan orang China untuk orang Arab).
- Ditemukannya bukti arkeologis berupa makam kuno di pemakaman Mahligai, Barus. Pada salah stau nisannya, terdapat nama Syekh Rukunuddin yang meninggal pada tahun 672 Masehi.
- Pendapat arkeolog dari Ecole Francaise D`Extreme Orient Prancis dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang menyatakan sekitar abad ke 9-12 Masehi, Barus menjadi sebuah perkampungan Muslim yang dihuni oleh berbagai suku bangsa seperti India, China, Aceh, Arab, Tamil, Jawa, Bugis, dan Bengkulu.
- Kerajaan Samudera Pasai yang menganut mazhab Syafi`I, sama seperti masyarakat muslim Mesir dan Mekkah yang pada waktu itu menganut mazhab Syafi`i.
- Gelar raja-raja Samudera Pasai yaitu Al-Malik, yang diyakini berasal dari Mesir
- Teori Persia
Teori Persia
hasil pemikiran Prof. Dr. Abubakar Atjeh yang mengikuti pandangan Dr. Hosein
Djajadinigrat. Dikatakan Islam masuk ke Indonesia lewat persia dan bermazhab
Syi’ah (menyimpang). Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke
Nusantara di abad ke 13, ajaran yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang
berasal dari Persia. Selain itu, adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia
dengan Persia dianggap sebagai salah satu penguat. Teori ini mendasarkan pada
teori mazhab. Ditemukan adanya peninggalan mazhab keagamaan di Sumatra dan Jawa
yang bercoral Syi’ah. Juga disebutkan adanya ulama fiqih yang dekat dengan
Sultan yang memiliki keturunan Persia. Seorang berasal dari Shiraz dan seorang
lagi berasal dari Lifaham. Beberapa bukti
yang mendukung teori ini antara lain:
- Adanya persamaan budaya antara muslim Persia dan Indonesia, salah satunya adalah perayaan 10 Muharram atau peringatan Asyura yang oleh masyarakat Iran dipercaya sebagai lambang untuk mengenang peristiwa Husein bin Ali bin Abi Thalib yang terbunuh pada peristiwa Karbala, dengan perayaan atau tradisi Tabuik atau Tabuk di Sumatera Barat dan Jambi.
- Terdapat suku Leran dan Jawi di Persia yang menetap dan tinggal di Indonesia khususnya di daerah Gresik, Jawa Timur. Selain itu, terdapat tradisi penulisan Arab Jawi oleh suku Jawa yang diadopsi dari tradisi masyarakat Persia atas tulisan Arab.
- Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim yang bercorak khas Persia tahun 1419 di Gresik. Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu tokoh pertama yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Wali Songo.
- Teori Mesir
Teori yang dikemukakan oleh
Kajizer ini uga mendasarkan pada teori mazhab, dengan mengatakan bahwa ada
persamaan mazhab yang dianut oleh penduduk Mesir Nusantara, yaitu mazhab
Syafi’i. Teori Arab-Mesir ini juga dikuatkan oleh Niemann dan de Hollander.
Tetapi keduanya memberikan revisi, bahwa bukan Mesir sebagai sumber Islam
Nusantara, melainkan Hadramaut. Sementara itu dalam seminar yang
diselenggarakan tahun 1969 dan 1978 tentang kedatangan Islam ke Nusantara
menyimpulkan bahwa Islam langsung datang dari Arabia, tidak melalui dari India.
- Teori China
Teori ini dikemukakan oleh Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby,
mereka berpendapat bahwa sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke Nusantara melalui
perantara masyarakat muslim China. Teori ini berpendapat, bahwa migrasi
masyarakat muslim China dari Kanton ke Nusantara, khususnya Palembang pada abad
ke 9 menjadi awal mula masuknya budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan
dengan adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan China,
penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah China, dan catatan yang
menyebutkan bahwa pedagang China lah yang pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan
di Nusantara.
SALURAN MASUKNYA ISLAM
Kedatangan Islam
ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai.
Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu saluran perdagangan,
saluran perkawinan, saluran tasawuf, saluran pendidikan, saluran kesenian, dan
saluran politik.
- Saluran Perdagangan
Diantara
saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui
perdagangan.Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7
sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara
dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India)
turut serta menggambil bagiannya di Indonesia.Penggunaan saluran islamisasi
melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di
antara masyarakat Indonesia dan pedagang.Dijelaskan di sini bahwa proses
islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan kondisi
politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan
diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan
perpecahan. Secara umum Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang melalui
perdagangan itu mungkin dapat digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka
berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada
yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun
tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan-perkampungan.Perkampungan
golongan pedangan Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut Pekojan.
- Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang
paling memudahkan.Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat
mencari kedamaian diantara dua individu. Kedua individu yauitu suami isteri membentuk keluarga yang
justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat
muslim.
Saluran
Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan
wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan
Islamisasi.Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri
kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir
seorang muslim. Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial
yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi,
terutama putriputri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar
itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan terlebih dahulu.Setelah setelah mereka
mempunyai kerturunan, mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah,
dan kerajaan-kerajaan muslim.
- Saluran Tasawuf
Tasawuf
merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf
termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa
Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan
ke-18. hal itu bertalian langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia. Dalam
hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha
menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakatnya.
Para ahli
tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain.
Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan
mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam,
dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam
sehingga mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang
memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia
pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan
Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 ini.
- Saluran Pendidikan
Para ulama,
guru-guru agama, raja berperan besar
dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya di
pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru
agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu
agama dari berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari suatu pesantren itu maka
akan kembali ke masing-masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh
keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal
kyai yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan
mencapai radius yang lebih jauh lagi.
- Saluran Kesenian
Saluran
Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari,
musik dan seni sastra.Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno
Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten,
Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah
dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui
cerita-cerita wayang itu disisipkan
ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang
- Saluran Politik
Pengaruh
kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang
raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat
memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi
tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi
Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya
memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di daerah ini.
PROSES MASUK DAN
BERKEMBANGNYA ISLAM DINUSANTARA
Seperti yang
telah dijelaskan di atas, proses masuk dan berkembangnya agama Islam di
Indonesia tidak terlepas dari peran ulama dan pedagang, raja/bangsawan, dan
para adipati. Di Pulau Jawa, Islam berkembang melalui beberapa periode yang
saling berkesinambungan. Adapun periode-periode tersebut adalah :
Periode 1, Penyebaran Islam dilakukan oleh Maulana Malik
Ibrahim, Maulana Ishak, Ahmad Jumadil Qubra, Muhammad Al-Magribi, Malik Israil,
Muhammad Al-Akbar, Maulana Hasanuddin, Aliyuddin, dan Syeikh Subakir.
Periode 2, Penyebaran diambil alih oleh Raden Rahmat
(SUnan Ampel), Ja`far Siddiq (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah (Sunan
Gunung Jati)
Periode 3,
Setelah beberapa ualam meninggal, maka dalam periode ini, penyebaran Islam
digantikan oleh Raden Paku (Sunan Giri), Raden Said (Sunan Kalijaga), Raden
Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Qasim (Sunan Drajat).
Periode 4,
Penyebar Islam selanjutnya adalah Jumadil Kubra dan Muhammad Al-Maghribi dan
kemudian dilanjutkan oleh Raden Hasan (Raden Patah), dan Fadhillah Khan
(Falatehan).
Periode 5, Pada
periode ini, posisi Raden Patah digantikan oleh Sunan Muria, karena Raden Patah
sudah menjadi Sultan Demak.
Daftar Pustaka
https://medium.com/@poerdiepew/teori-utama-mengenai-masuknya-islam-ke-indonesia-2a8707804e49
http://deerham.com/teori-masuknya-islam-ke-nusantara/
http://pemudanekat.blogspot.com/2017/09/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://www.academia.edu/Documents/in/Makalah_Masuknya_Islam_Ke_Indonesia
https://www.ilmudasar.com/2016/10/Sejarah-Masuk-dan-Perkembangan-Islam-di-Indonesia-adalah.html
Google Picture
EVALUASI
- Sebutkan dan jelaskan latar belakang masuknya Islam di Nusantara!
- Jelaskan mengapa islam dapat dengan mudah masuk dan diterima di Nusantara!
- Sebutkan dan jelaskan bukti-bukti yang menguatkan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada awal abad ke 13!
- Sebutkan dan jelaskan minimal 3 teori tentang masuknya islam di Nusantara!
- Jelaskan hubungan antara teori tingkok dengan kota Semarang!
- Jelaskanmenurut pendapat kalian mengapa para pedagang Islam singgah ke nusantara!
- Sebutkan dan jelaskan mengapa perkawinan menjadi saluran paling mudah bagi penyebaran agama Islam di Nusantara!
- Sebutkan dan jelaskan menurut pendapat kalian saluran yang paling banyak digunakan untuk penyebaran Islam di Nusantara!
- Sebutkan dan jelaskan periode perkembangan Islam di Pulau Jawa!
- Jelaskan manafaat yang di rasakan oleh rakyat akibat masuknya Islam ke nusantara pada awal abad ke 13!